Sore itu 28 Juli ...
"Ma.. nanti malam aku di sekolah ada acara di sekolah" ujarku
"Mulai jam berapa ? Sampai jam berapa ? Kalo pulang langsung pulang !" sentaknya
"Gatau ma" jawabku
Dari singkat permohonan izinku aku hanya di cerca dengan sejuta kekangan darinya. Namun mengapa aku hanya bisa menitihkan air mata dan tak sanggup menahan sesak dada ini..
Saat adzan magrib berkumandang tiba aku menyantap sesuap nasi yang ku beli sehabis mengantarkan kekasihku. Saat perjalanan pulang hatiku tak kuasa untuk menahan cobaan yang datang silih berganti bak angin topan yang menghantuiku..
Saat ku santap buka puasa itu ..
"Mama ikut ka !" bentaknya
"(argh padahal aku mau dianter dia)" teriak batinku
"Antarkan mama di rumah tante. Sepeda mama mau di pakek om mu ke dokter" ujarnya
"iya" gumamku
Saat itu juga aku menangis dan menyalahkan Tuhan seolah-olah tak pernah adil padaku.. Hidup bagai dikurung sangkar emas yang siapapun tak boleh mendekatiku termasuk kekasihku
Pukul 18.00 ku kirim pesan padanya
Message from he :
Jadi ku anter yangg ?
Reply He's message :
Aku dianter mama yangg :'( jahat yoo mama itu
Message from he :
Huhu iyawes sayang
Reply He's message :
Maaf sayangku..
Message from he :
Iya sayang ndak apa* kok
Reply He's message :
Nadh sayang ****y
Message from he :
Aku juga sayang nadh..
Diperjalanan aku hanya diam membisu merasakan pedihnya derita yang ku rasakan.. ingin ku ungkapkan hatiku tak sanggup menerima pahit hidup ini.. mungkin saja aku masih bisa bertahan karna ada dia disisiku. Ya dialah orang yang ku sayang hingga esok. hanya dia yang mampu membuatku tersenyum walau hatiku masih menangis dan takkan pernah tau keusaian cerita pahit ini..